Kamis, 21 Januari 2010

BAB II KA ANDAL PT WIN

BAB II. RUANG LINGKUP STUDI


 


 

2.1 Lingkup rencana kegiatan yang akan ditelaah dan alternative komponen rencana usaha HTI PT. WONO INDO NIAGA


 

a. Status dan lingkup rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan ditelaah


 

1. Status studi AMDAL

Studi Amdal HTI PT. WONO INDO NIAGA tidak dilaksanakan secara terintegrasi dan dilakukan setelah adanya studi kelayakan. Adapun studi kelayakan HTI PT. WONO INDO NIAGA telah disahkan oleh Departemen Kehutanan Republik Indonesia pada tanggal 6 Desember 1994, dengan nomor pengesahan 04/IV-PPH/FSHTI/94.

    Rencana usaha yang akan ditelaah ini adalah berdasarkan studi kelayakan yang telah disahkan oleh Departemen Kehutanan. Berdasarkan hasil Studi Kelayakan tanaman yang cocok untuk ditanam pada areal HTI PT. WIN adalah Sengon (Paraserianthes falcicataria) dan Gmelina (Gmelina arborea).

Perencanaan dalam Studi Kelayakan tersebut meliputi pra-investasi, bangunan, peralatan dan mesin, Sarana transportasi, investasi persemaian, pembuatan jalan hutan dan menara kebakaran rencana tersebut masuk dalam biaya tetap (investment cost), Kemudian terdapat pula rencana pemeliharaan dan operasional.

Berdasarkan rencana kegiatan yang telah dibuat oleh HTI PT. WIN adalah pra –investasi dan investasi, dimana pada tahap pra investasi sesuai dengan rencana yang dibuat adalah pembuatan FS (Studi Kelayakan) dan AMDAL kemudian penyusunan RKPHTI penyusunan RKL, RKT dan Tatabatas, penataan hutan serta perijinan lainnya. Setelah itu dilakukan pra-investasi berupa persiapan lokasi dan persiapan lapangan dimana pada kegiatan ini terdiri dari dua kegiatan yaitu pembuatan dan penataan bedeng tabur serta pembuatan dan penataan bedeng sapih. Kedua hal ini yaitu pra-investasi dan investasi telah dilaksanakan oleh HTI PT. WIN hingga tahun 1995.

Sedangkan pada kegiatan investasi terdapat kegiatan pembuatan naungan dan pagar yaitu pagar persemaian dan bahan naungan dimana kegiatan tersebut di atas termasuk dalam kegiatan pengadaan bibit.

Setelah kegiatan pengadaan bibit maka diikuti dengan kegiatan pemeliharaan, adapun kegiatan pemeliharaan terdiri dari kegiatan penyulaman, penyiapan dan pendangiran dan pemberantasan hama dan penyakit serta pemupukan.

Untuk menunjang kegiatan di atas maka diperlukan sarana dan prasarana yang akan menunjang keberlangsungan HTI PT. WONO INDO NIAGA. Sarana prasarana tersebut meliputi bangunan, peralatan dan mesin serta sarana transportasi seperti jalan hutan dan menara kebakaran.

Kemudian yang tidak kalah penting dalam kegiatan HTI PT. WONO INDO NIAGA adalah organisasi dalam hal ini Unit Managemen dan tenaga kerja yang tersedia, hal ini telah dilaksanakan kemudian kegiatan terhenti.

Berdasarkan uraian di atas dimana sebagian rencana telah dilaksanakan oleh HTI PT WIN maka perlu diuraikan disini kegiaran yang akan dilaksakan oleh HTI PT WIN. Adalah untuk melanjutkan penanaman diseluruh areal yang telah diberikan oleh Departemen Kehutanan serta akan melakukan penebangan atau pemanenan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Adapun kegitan yang perlu ditelaah pada studi AMDAL ini adalah sosialisasi ke masyarakat bahwa HTI PT. WIN akan beroperasi kembali, penyiapan dan penataan kembali lahan yang dapat ditanami, perbaikan infra struktur penunjang serta kajian lainnya yang dibutuhkan guna menunjang terbangunnya pengelolaan hutan yang lestari.


 

Secara ringkas rencana kegiatan yang akan dilaksanakan saat ini ke depan adalah seperti yang tertera


 

  1. Penyusunan AMDAL
  2. Penyusunan Bagan Kerja
  3. Penyusunan RKU
  4. Penyusunan RKT
  5. Tata Batas
  6. Penataan Hutan
  7. Pengadaan Potret Udara
  8. Pengadaan Tenaga Kerja
  9. Pengadaan Alat
  10. Pembuatan Persemaian
  11. Penanaman
  12. Pemeliharan
  13. Pemanenan


 

2. Kesesuaian Lokasi Rencana usaha dan/atau kegiatan dengan RencanaTtata Ruang setempat


 

Lokasi pembangunan HTI PT. WIN secara geografis adalah 9o 27' LS s/d 9o43' dan 119o04'BT s/d 199o44'BT. Hal ini sesuai dengan Surat Menteri Kehutana No. 163/Kpts-II/1993 tanggal 27 Februari 1993, dimana areal yang diperuntukkan untuk HTI seluas 13.375 Ha yang terpencar (tidak kompak) berada dalam kelompok hutan tanaman yang terletak pada beberapa DAS/Sub DAS yang berbeda.

Berdasarkan hasil studi kelayakan maka areal pencadangan HPHTI seluas 13.375 Ha dan telah melalui telaahan dari aspek TGHK; Rencana Struktur Tata Ruang Propinsi Daerah Tingkat I NTT dan Rencana Umum Tata Ruang Daerah Kabupaten Sumba Barat; Keputusan Presiden RI no 32 tahun 1990, Aksesibilitas; Lahan Bermasalah; dan keperluan lahan untuk sarana/prasarana dihasilkan luas efektif Pembangunan HTI PT. WIN seluas 6.880 ha.

Berdasarkan pembagian wilayah administrasi pemerintahan termasuk dalam wilayah Sumba Barat Daya, Sumba Barat dan Sumba Tengah, Propinsi Nusa Tenggara Timur.

Sedangkan berdasarkan pembagian administrasi pemangkuan hutan termasuk Dinas Kehutanan Propinsi Nusa Tenggara Timur.


 


 


 

3. Rencana Kegiatan Penyebab Dampak sesuai dengan Jenis-jenis Rencana kegiatan yang akan dibangun Oleh HTI PT. WIN.


 

Berdasarkan rencana kegiatan diatas yang memiliki dampak adalah kegiatan :


 

Tabel II. 1. Rencana Kegiatan Penyebab Dampak HTI PT. WONO INDO NIAGA


 

No

Rencana Kegiatan

Dampak yang dihasilkan oleh Rencana Kegiatan

1.

Tata Batas

Konflik dengan masyarakat sekitar

2.

Pengadaan Tenaga Kerja

Penyerapan tenaga kerja local

3.

Pengadaan Bangunan dan Alat

Penyerapan tenaga kerja local

4.

Pembuatan Persemaian

Kesuburan tanah dan penutupan lahan dan penyerapan tenaga kerja local

5.

Penanaman

Kesuburan tanah dan penutupan lahan dan penyerapan tenaga kerja local

6.

Pemeliharan

Kesuburan tanah dan penutupan lahan dan penyerapan tenaga kerja local

7.

Pemanenan

Kesuburan tanah dan penutupan lahan dan penyerapan tenaga kerja local

                        

Kegiatan tatabatas dapat berdampak konflik dengan masyarakat yang berada di sekitar areal HTI PT. WIN, demikian pula dengan kegiatan pengadaan tenaga kerja akan berdampak kepada pendapatan masyarakat sekitar hutan sehingga perlu dikaji pengaruh keberadaan HTI PT. WIN terhadap pendapatan masyarakat sekitar.

Pengadaan bangunan dan peralatan dapat berdampak kepada masyarakat sekitar, adanya pengadaan bangunan tentu akan menyerap tenaga kerja setempat untuk mengerjakan bangunan dan mengoperasikan peralatan yang ada, sehingga diduga akan berdampak pada penyerapan tenaga kerja, oleh karena itu perlu ditelaah pengaruh keberadaan HTI pada penggunaan penyerapan tenaga kerja local.

Sedangkan untuk pembuatan persemaian, dapat berdampak kepada lingkungan hidup karena persemaian yang luas dapat menggantikan alang-alang yang telah ada sehingga terjadi perubahan ekosistem dari padang alang-alang menjadi persemaian sengon dan gmelina. Perlu dicermati mengenai hama dan penyakit yang dapat muncul dengan adanya persemaian, sehingga kegiatan ini perlu mendapat perhatian yang cukup, karena dapat berdampak pada lingkungan sekitarnya.

Kegiatan penanaman pada HTI. PT. WIN dapat dilihat dari dua sisi yaitu dari sisi pengadaan tenaga kerja manusia yang akan terlibat dan dari pengaruh penanaman terhadap lahan yang selama ini mungkin merupakan padang alang-alang atau belukar.Kedua pengaruh ini perlu dikaji pengaruhnya baik kepada manusia maupun terhadap perubahan ekosistem.

Sedangkan kegiatan pemeliharaan dan penanaman dapat ditinjau dampaknya terhapap penyerapan tenaga kerja dan terhadap perubahan lingkungan hidup baik hewan dan tumbuhan yang berada disekitar pembangunan HTI PT. WIN.


 


 

4. Kegiatan-kegiatan yang ada di sekitar rencana lokasi beserta dampak-dampak yang ditimbulkannya terhadap lingkungan hidup.


 

Kegiatan-kegiatan yang ada di sekitar rencana lokasi adalah kegiatan masyarakat berupa perladangan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sehingga dengan kembali beroperasinya HTI PT. WIN dapat berdampak kepada masyarakat sekitarnya, karena bila ditelaah hasil survey yang dilaksanakan oleh LPI maka pada areal tersebut terdapat beberapa areal yang mana telah dirambah oleh masyarakat setempat sehingga perlu dicermati agar dihindari konflik dengan masyarakat dalam hal penggunaan lahan.

Dampak yang dapat terjadi apabila HTI PT. WIN kembali aktif terhadap lingkungan hidup setempat dapat berupa perubahan terhadap lingkungan hidup seperti untuk adanya kegiatan persemaian dan penanaman serta penebangan hutan tanaman yang dapat berakibat kepada fauna yang telah selama 15 tahun berada pada areal tersebut.


 

Penjelasan ini agar dilengkapi dengan peta yang dapat menggambarkan lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan beserta kegiatan-kegiatan lain yang berada di sekitarnya.


 

b. Alternatif-alternatif yang akan dikaji dalam ANDAL


 

Alternatif-alternatif yang mungkin akan dilakukan dalam kajian ANDAL ini adalah jika pada saat tatabatas atau pada saat akan dimulainya kembali kegiatan HTI PT. WIN terjadi konflik dengan masyarakat setempat sehingga perlu dicarikan alternative lahan yang baru agar kegiatan-kegiatan HTI dapat berlangsung dengan baik dan lancar.

Kajian AMDAL merupakan studi kelayakan dari aspek lingkungan hidup, maka komponen rencana usaha dan/atau kegiatan harus memiliki beberapa alternatif, antara lain alternatif lokasi, desain, proses, tata letak bangunan atau sarana pendukung. Alternatif-alternatif yang dikaji dalam AMDAL dapat merupakan alternatif-alternatif yang telah direncanakan sejak semula atau yang dihasilkan nselama proses kajian AMDAL berlangsung.

Sehingga pada studi AMDAL, Kerangka Acuan ini perlu dilalukan sosialisasi yang benar agar pada saat kegiatan dilakukan tidak lagi medapat kendala dari masyarakat sekitar dan sesuai dengan perencanaan awal dari HTI PT.WIN.


 


 

2.2 Lingkup rona lingkungan hidup awal


 

Sehubungan telah beroperasinya HTI PT. WIN dan mengalami kevakuman beberapa saat sehingga rona awal yang digunakan adalah keadaan saat Kerangka Acuan ini dibuat.


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

  1. Letak Areal Kerja UPHHK-HTI


     

    Tabel II. 2. Letak dan luas areal PT WIN

No

Nama Kawasan Hutan

No RTK

LUAS AREAL

LETAK DAS/ SUB DAS

KECAMATAN

1.

Rokoraka

45

750

Bondokodi

 

2.

Watumbolo

65

248

Polapare

 

3.

Matakapore

63

2500

Lambatama

 

4.

Kombaka

64

377

Lambatama

 

5.

Polapare Cako

27

3300

Polapare

 

6.

Galukare

59

1200

Polapare

 

7.

Katikutana

5

2300

Wonokaka

 

8.

Praimahala

60

2700

Palamedo

 
   

13375

  

Letak areal kerja yang sesuai dengan kecamatannya akan dilengkapi pada saat berkunjung ke lapangan.


 

  1. Topografi

    Areal HTI PT. WONO INDO NIAGA terletak pada areal yang tersebar dan juga terdiri dari kelerengan-kelerengan areal yang berbeda-beda pula. Beberapa terletak pada kelas lereng datar (0-8%), landai (9-15%), agak curam (16-25%), curam (25-40%) dan sangat curam seperti yang tertera pada table berikut ini.


     

    Tabel II. 3. Kondisi Topografi dan Bentuk Lahan Areal HTI PT. WIN


     

No.

Kelerengan

Bentuk Lahan

LUAS (HA)

JML

Pola

Galu

Mata

KOMP

ROK

WATU

PRAI

KATI

1.

0-8%

Datar

1155

132

0

0

225

0

0

1035

2547

2.

9-15%

Landai

660

660

750

95

0

99

540

0

2144

3.

16-25%

Agak Curam

495

495

475

282

525

0

0

0

2845

4.

26-40%

Curam

0

0

0

0

0

0

2025

1265

3290

5.

>45%

Sangat Curam

990

0

1275

0

0

149

135

0

2549

 

3300

1200

2500

377

750

248

2700

2300

13375


 

  1. Tanah


     

Berdasarkan Peta Geologi Propinsi NTT skala 1 : 500.000 dan Peta Land System skala 1 : 250.000, serta tinjauan survey lapangan dapat diketahui bahwa geologi areal HTI PT. WIN terdiri dari alluvium undak dan terumbu koral terutama pada daerah datar dekat pantai dan neogen pada bagian sebelah dalam pulau daerah berbukit. Neogen adalah sedimen batuan vulkanik berupa tufa sebagai hasil erupsi gunung berapi dan basal, sedangkan alluvium undak dan terumbu koral berupa endapan batu gamping terumbu dengan sisipan kerikil dan pasiryang tersingkap pada daerah datar sampai bergelombang. Sedangkan batuan yang terdapat pada areal HTI PT. WIN adalah batu gamping, koral, marl,batu pasir, konglomerat dan alluvium. Formasi geologi seperti yang tertera pada Tabel berikut ini :


 


 


 

Tabel II.4. Formasi geologi dan Jenis Batuan pada Areal HTI PT. WIN


 

No

Nama Kawasan Hutan

No RTK

LUAS AREAL

FORMASI GEOLOGI

JENIS BATUAN

1.

Rokoraka

45

750

Neogen, alluvium undak, terumbu koral

Batu gamping 70%

2.

Watumbolo

65

248

Neogen

Tuff + batu pasir + konglomerat (89%) batu gamping +koral +marl (11%)

3.

Matakapore

63

2500

Neogen

Tuff+batu pasir+konglomerat (72%) batu gamping (28%)

4.

Kombaka

64

377

Neogen

Batu gamping+koral+marl (75%) batu gamping 25%

5.

Polapare Cako

27

3300

Neogen, terumbu koral

Koral 52% tuff+batu pasir+konglomerat (7%)

6.

Galukare

59

1200

Neogen

Batu gamping+koral (93%) tuff+batu pasir+konglomerat (7%)

7.

Katikutana

5

2300

Neogen

Batu gamping+marl+alluvium atau endapan bahan kipas (87 %)

8.

Praimahala

60

2700

 

Alluvium sungai muda+alluvium endapan bahan kipas +alluvium lempung tua (13%)


 


 

  1. Sistem Lahan


     

    Sistem lahan pada areal HTI PT. WIN seperti yang tertera pada Tabel II……..adalah sebagai berikut .


     

    Tabel II.5. Sistem Lahan pada Areal HTI PT. WONO INDO NIAGA


     

No

Sistem Lahan

Luas (Ha)

JML

Pola

Galu

Mata

Komb

Roko

Watu

Prai

Kati

1

Tiringan

TRN

165

-

1275

-

-

149

-

-

1589

2

Luanda

LUA

990

132

-

-

225

-

-

-

1347

3

Air Dagosoli

ADS

330

876

-

120

-

-

-

-

1326

4

Gn Harminding

GHG

990

72

-

-

-

-

-

-

1062

5

Rada Toko

RTK

660

-

750

-

-

99

-

-

1509

6

Wai Terang

WTG

165

-

-

-

-

-

-

-

165

7

Sansapor

SSR

-

120

-

-

-

-

-

-

120

8

Lengkiri

LGK

-

-

475

162

525

-

-

-

1162

9

Lambata

LBM

-

-

-

95

-

-

-

-

95

10

Lelang

LLG

-

-

-

-

-

-

2025

-

2025

11

Danundera

DDA

-

-

-

-

-

-

540

-

540

12

Lepenbusu

LBU

-

-

-

-

-

-

135

-

135

13

Ayatu

AYT

-

-

-

-

-

-

-

1035

1035

14

Sarwatu

SWU

-

-

-

-

-

-

-

1265

1265

   

3300

1200

2500

377

750

248

2700

2300

13375


 


 


 


 


 


 

  1. Jenis Tanah


     

    Jenis tanah yang terdapat pada lokasi HTI PT. WONO INDO NIAGA adalah seperti yang tertera pada Tabel II.6.


     

    Tabel II.6. Jenis Tanah di Areal HTI PT. WONO INDO NIAGA


     

No

Nama Kawasan

Luas Areal

Klasifikasi Jenis Tanah

1

Rokoraka

750

rendzinas latosol rendzinas

2

Watumbolo

248

brunizem trobosol podsolik rendzinas podsolik

3

Matakapore

2500

brunizem trobosol podsolik rendzinas rendzinas podsolik

4

Kombaka

337

rendzinas podsolik rendzinas rendzinas latosol

5

Polapare

3300

Rendzinas latosol brunizem podsol rendzinas podsolik brunizem Rendzinas podsolik alluvial brunizem podsolik lateritik brunizem

6

Galukare

1200

Rendzinas podsolik brunizem rendzinas latosol brunizem podsol

7

Kattikutana

2300

Rendzinas podsolik brunizem podsolik brunizem brunizem

8

Praimahala

2700

latosol brunizem rendzinas latosol brunizem


 

  1. Kesuburan Tanah


     

Kesuburan tanah di areal HTI PT. WIN dapat dilihat dari kandungan fisik kimia tanah sebagaimana tercantum pada Tabel II.7.


 

Tabel II.7. Sifat Kimia Tanah dari beberapa Titik Pengamatan di Areal HTI PT. WONO INDO NIAGA


 

No

SP

Land

form

Komponen Tanah

SIFAT TANAH

 

Status Kesuburan

    

pH

C-organik

N-total

N-ratio

P tersedia

K

Ca

Na

Mg

KTK

KB

Key al

R

1

LWW 2-8%

Dystropet

 

5.70

2.06

0.21

9.81

17.97

0.21

7.69

0.18

1.26

14.39

17.70

33.81

R

  

Haploduslts

 

5.30

0.81

0.51

1.59

3.04

0.13

7.29

0.21

1.71

12.51

16.98

41.26

R

  

Tropohemist

 

4.61

21.40

0.76

-

9.06

0.16

2.04

0.49

0.95

49.50

-

 

R

2

TWH 16-25%

Dystropet

 

4.70

0.56

0.09

6.22

18.55

0.10

4.04

0.26

0.18

18.83

24.22

 

R

  

Haploduslts

 

4.60

1.09

0.16

6.81

10.45

0.14

4.02

0.18

0.22

16.27

18.33

 

R

3

TBH >60%

Dystropet

 

5.00

0.84

0.23

6.87

18.55

0.24

4.68

0.42

0.43

26.12

18.57

 

R

  

Haploduslts

 

4.80

1.19

0.21

3.65

15.85

0.10

4.04

0.44

0.49

16.81

12.35

 

R

4

PDH >60%

Dystropet

 

5.00

2.01

0.11

6.27

13.18

0.19

3.37

0.35

0.23

26.12

26.38

 

R

  

Haploduslts

 

4.90

1.49

0.28

7.18

12.65

0.80

6.46

1.81

0.41

14.66

18.71

 

R

                 


 


 


 


 


 


 


 

  1. Iklim


     

    1. Curah Hujan


       

      Faktor iklim paling dominan adalah curah hujan yaitu rata-rata hujan tahunan dan jumlah bulan kering serta jumlah bulan basah.


       

      Curah hujan di Pulau Sumba dipengaruhi angin timur yang kering yang berhembus dari Australia. Di Areal HTI PT. WIN terutama daerah sekitar Waikabubak termasuk kelompok hutan Watumbolo kedalaman curah hujan rata-ratanya mencapai lebih dari 4000 mm/tahun,daerah dekat pantai kelompok hutan Rokoraka,Polapare Cako dan Galukare hujannya kurang sekitar 500-1000 mm/tahun. Sedangkan curah hujan pada kelompok hutan Matakapore, Kombaka,Katikutana dan Praimahala sekitar 1500-2000 mm/tahun.


       

      Tabel II.8. Data Curah Hujan untuk Tiap Kecamatan di Sekitar HTI PT. WIN


       

No

Kawasan Hutan

No RTK

Luas

Rata-Rata Kisaran Tahunan Curah Hujam

Suhu (oC)

Klasifikasi Iklim

    

BB

BK

  

SF

Kopem

1

Rokoraka

45

750

3-4

8-9

500-1000

22-21

F

Aw

2

Watumbolo

65

248

7-8

3-4

4000-4500

20-27

C

An

3

Matakapore

63

2500

4-5

6-7

1000-1500

21-31

E

Aw

4

Kombaka

64

377

4-5

6-7

1000-1500

21-31

E

Aw

5

Polapare

27

3300

4-5

6-7

1000-1500

21-31

E

Aw

6

Galukare

59

1200

4-5

6-7

1000-1500

21-31

E

Aw

7

Katikutana

50

2300

6-7

5-6

1500-2000

21-31

D

Aw

8

Praimahala

60

2700

5-6

6-7

1000-1500

21-31

E

Aw


 


 


 

  1. Faktor iklim lainnya


     

Berdasarkan klasifikasi Smidt dan Ferguson, tipe iklim di areal lokasi HTI PT WIN adalah sebagai berikut :


 

  1. Iklim tipe C (sedang)        Q= 30-60%    Watumbolo
  2. Iklim tipe D (semi kering)    Q= 60-100%    Katikutana dan sebagian Praimahala
  3. Iklim tipe E (kering)        Q= 100-167% Polapare, Galukare,Matakapore
  4. Iklim tipe F (sangat kering)    Q= 167-300% Rokoraka


     


 

  1. Kelembaban udara


 

Kelembaban udara memiliki pola yang hamper sama dengan suhu, di mana fluktuasi kelembaban bulanan minimum 67% (terjadi pada bulan Juli) dan maksimum 90% (terjadi di bulan Februari). Gambaran kondisi kelembaban udara, tercantum pada Tabel II 9. berikut ini.


 

Tabel II.9. Kondisi Rata-rata Temperatur Udara, Tekanan Udara, Kelembaban dan Arah/Kecepatan Angin di Kabupaten Sumba Barat.


 


 

No

Bulan

Temperatur (oC)

Tekanan Udara (mb)

Kelembaban (%)

Arah/Kecepatan Angin (knot)

1

Januari

26.9

1006.7

88

N/4

2

Februari

26.6

1006.2

90

N/3

3

Maret

26.8

1007.2

87

W/3

4

April

27.3

1007.2

87

W/2

5

Mei

25.7

1009.5

80

E/6

6

Juni

26.2

1010.7

73

E/9

7

Juli

26.0

1010.8

67

E/9

8

Agustus

26.0

1010.6

69

E/7

9

September

26.7

1010.4

68

E/7

10

Oktober

28.4

1008.2

78

W/6

11

November

28.4

1006.6

82

W/4

12

Desember

27.7

1005.5

78

W/5


 


 

  1. Aksesibilitas


     

    Letak strategis sreal HTI terutama ditentukan oleh jarak dan prasarana pengangkutan areal tersebut terhadap pusat-pusat ekonomi yaitu pusat pemukiman, pelabuhan udara dan laut, sehingga hal ini penting dalam pengusahaan dan pelaksanaan HTI.


     

    Kota Waikabubak yang merupakan pusat ekonomi, dan bandar udara yang paling dekat untuk aksesubilitas ke HTI PT. WIN adalah Tambolaka dengan pelabuhan laut Waikelo. Sedangkan pusat ekonomi lainnya yang berkaitan dengan HTI PT. WIN adalah Bandar udara Mau Hau di Waingapu Sumba Timur.


     

    Seluruh areal lokasi HTI dapat dicapai dengan kendaraan roda empat dan roda dua sepanjang tahun. Sungai-sungai besar seperti sungai Bondokodi dan Polapare dapat diseberangi melalui jembatan permanen. Seluruh areal dapat ditempuh dari Waikabubak melalui jalan darat. Untuk mencapai Waikabubak dapat ditempuh dari Bandar udara Tambolaka dari Denpasar, Bima atau Kupang atau melalui Bandar udara Mau Hau (Waingapu) melalui Kupang dan Denpasar yang dilanjutkan dengan perjalanan darat +

    4 jam dengan jarak 120 km.


 


 

  1. Aspek Sosial Budaya


     

    1. Administrasi Wilayah

      Sehubungan dengan pemekaran wilayah Kabupaten Sumba Barat maka data terbaru akan di sajikan setelah TIM kembali dari lapangan. Data yang digunakan saat ini adalah data yang diambil pada tahun 2000 dimana belum terjadi pemekaran wilayah. HTI PT. WIN terletak pada 7 kecamatan seterti yang tertera pada Tabel berikut ini.


       

      Tabel II.10. Areal HTI PT. WIN Berdasarkan Kecamatan


       

No

Areal Konsesi

Kecamatan

Jumlah Desa

Jumlah Desa Disekitar Areal

1.

RTK 65 (Watumbolo

Wewewa Timur dan Loli

28

5

2

RTK 45 (Roko Raka)

Kodi

23

7

3.

RTK 63 (Matakapore)

Wewewa Selatan dan Kodi Bangedo

21

8

4.

RTK 64 (Cambaka)

Wewewa Selatan

8

4

5.

RTK 27 (Polapare Cako)

Walokaka dan Kodi

34

9

6.

RTK 59 (Galukare)

Walakaka

11

4

7.

RTK 60 (Praimahala)

Katikutana

23

5

8.

RTK 5 (KAtikutana)

Katikutana

23

7

   

171

49


 

  1. Kependudukan


 

Jumlah Penduduk menurut kecamatan serta banyaknya rumah tangga dan kepadatan penduduk sekitar areal HTI PT. WIN. Berdararkan data tahun 2000.


 

Tabel II.11. Data Penduduk Menurut Kecamatan di Areal HTI PT.WIN

No

Kecamatan

Luas

(Km2)

Rumah Tangga

Laki-laki

(jiwa)

Perempuan

(jiwa)

Jumlah

Kepadatan

1

Kodi

354,87

10,148

12,953

12,122

25,075

168

2

Walakaka

266

5,422

7,845

8,789

16,533

66

3

Wewewa Selatan

174,14

7,967

8,564

8,222

16,786

96

4

Wewewa Timur

249,55

7,272

21,994

22,024

44,018

177

5

Loli

13,320

3,424

10,029

10,161

20,190

153

6

Kodi Bangedo

219,69

4,332

13,207

12,582

25,789

117

7

Katikutana

719,22

5,422

14,636

14,041

28,667

40

 

JUMLAH

2216,39

43,987

104,632

102,658

207,170

94


 

Data jumlah penduduk menurut golangan umur di kabupaten Sumba Barat menunjukan golongan umur 10-14 sebesar 49,678 jiwa merupakan golongan umur terbesar,sedangkan golongan umur terkecilnya pada golongan umur 55-59 dengan jumlah 7.553 jiwa.Rincian data kependudukan tercantum pada tabel II.12. berikut ini:


 

Tabel II-12. Jumlah Penduduk Menurut Golongan Umur Dan Jenis Kelamin di Kabupaten Sumba Barat Provinsi Nusa Tenggara Timur

No

Golongan Umur

Laki-Laki

Perempuan

Jumlah

1

0-4

23,877

22,832

46,709

2

5-9

26,937

21,487

48,424

3

10-14

26,297

23,381

49,678

4

15-19

18,169

16,664

34,833

5

20-24

15,291

12,814

28,105

6

25-29

11,718

11,738

23,456

7

30-34

11,037

12,528

23,565

8

35-39

10,958

10,683

21,641

9

40-44

8,841

8,163

17,004

10

45-49

6,953

7,467

14,420

11

50-54

6,619

4,632

11,251

12

55-59

3,164

4,389

7,553

13

60-64

5,729

4,381

10,110

14

>65+

7,087

7,703

14,790

 

JUMLAH

182,677

168,862

351,539

Penduduk Menurut Mata Pencaharian


 


 

  1. Penduduk Menurut Mata Pencaharian


     

    Penduduk di sekitar areal PT.Wono Inhutani Niaga sebagian besar masih mengandalkan pertanian sebagai sumber mata pencaharian utama,yakni sebesar 84,54%.Sedangkan mata pencaharian tambahan antara lain sumber dari berburu hewan di hutan dan mencari ikan serta berdagang.


     

    Sistem pertanian yang diterapkan adalah system pertanian ekstensif,baik untuk pertanian tanaman pangan semusim maupun untuk peternakan.Luas lahan yang dimiliki oleh masyarakat rata-rata 3-5 ha/kk,baik lahan sawah maupun lahan kering.Lahan-lahan tersebut ada yang diluar kawasan hutan dan adapula yang berada dalam kawasan hutan Negara.Jenis tanaman pangan yang diusahakan pada umumnya sama yaitu padi ladang dan jagung,juga ubu-umbian seperti ubi kayu dan kacang-kacangan.Sedangkan tanaman keras yang dikembangkan adalah jambu mete,kopi,coklat, kelapa,pinang dan kemiri.


     

    Sistem usaha tani yang dilaksanakan dapat dibedakan menjadi usaha tani tanaman pangan semusim,usaha tani tanaman keras dilaksanakan dan peternakan .Usaha tani tanaman keras dilaksanakan secara menetap dilahan pekarangan masyarakat dan di dalam kawasan hutan jenis-jenis ternak umumnya ternak besar(seperti sapi,kerbau,kuda, dan babi)dan ternak kecil seperti kambing serta unggas-unggasan.sistem pemeliharaan ternak besar oleh masyarakat di bagian barat kabupaten sumba Barat umumnya dilakukan melalui penggembalaan,dimana hewan-hewan tersebut di lepas di padang rumput tetapi dijaga atau diikat dengan tali.Sedangkan untuk di bagian timur kabupaten,system pemeliharaan ternak dengan cara melepas (tanpa pengawasan)di padang rumput khususnya untuk ternak besar seperti kuda, sapi dan kerbau.


 


 


 

2.3 Pelingkupan


 

a. Proses Pelingkupan


 

Proses pelingkupan data dilakukan dengan mencari informasi dari pemrakarsa, masyarakat sekitar areal dan instansi yang bersangkutan. proses pelingkupan terdiri dari identifikasi dampak, evaluasi dampak dan klasifikasi dan prioritas yang harus diutamakan dalammenyusun KA ANDAL HTI PT WIN.


 



 

Gambar 1. Bagan alir proses pelingkupan


 


 

Karena proses pelinglupan diawali dengan harus teridentifikasikannya dengan jelas komponen rencana usaha dan diintegrasikannya komponen rencana usaha dengan komponen yang terkena dampak, kemudian mengelompokkan dampak potensial tersebut ke dalam urutan dampak apakah dampak primer dampak sekunder dan dampak tersier dan seterusnya, maka perlu dikaji lebih mendalam dan mendetail dari segi rencana kegiatan dengan pemrakarsa serta melalukan survey kepada masyarakat agar dampak terhadap masyarakat dapat disosialisasikan sedini mungkin dan diperkirakan dan dikaji dengan lebih seksama.

Proses pelingkupan tidak terlepas dari ketentuan yang berlaku dimana rencana kegiatan HTI disesuaikan dengan peraturan yang berlaku yaitu sesuai degan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 6 tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan dan juga dengan mempertimbangkan Undang-undang RI no 41 tahun 1999 bahwa pada pasal 70 berbunyi masyarakat turut berperan serta dalam pembangunan di bidang Kehutanan dalam proses pelingkupan ini masyarakat turut serta dalam mengidentifikasi dampak yang akan terjadi.

Sesuai dengan bagan diatas bahwa deskripsi rencana kegiatan HTI PT. WIN akan ditelaah berdasarkan rona lingkungan saat ini kemudian diidentifikasi dampak apa yang akan berpotendial terjadi bila rencana tersebut dilaksanakan. Berdasarkan bagan alir tersebut maka dapat identifikasikan seperti pada table berikut ini :


 

Tabel II.13. Bagan Identifikasi Dampak Rencana Kegiatan HTI PT. WONO INDO NIAGA dihubungkan dengan Rona Lingkungan.


 

No

Deskripsi Rencana Kegiatan

Rona Lingkungan

Identifikasi Dampak

1.

Penyusunan AMDAL

Sosial Ekonomi terutama Mayarakat Sekitar HTI

Terlibat dan mengetahui rencana perubahan terhadap lingkungan di sekitarnya.

2.

Penyusunan RKU

-

Perijinan untuk pemrakarsa

3.

Penyusunan Bagan Kerja

-

Perijinan untuk pemrakarsa

4.

Penyusunan RKT

-

Perijinan untuk pemrakarsa

5.

Tata Batas

Soaial

Konflik dengan masyarakat sekitar hutan

6.

Penataan Hutan

Fisik, kimia, Biologi Soaial.

Sosial ekonomi masyarakat

7.

Pengadaan Potret Udara

-

-

8.

Pengadaan Tenaga Kerja

Sosial masyarakat

Konflik di masyarakat untuk memperoleh kesempatan kerja

9.

Pengadaan Alat

Fisik kimia dan biologi

Perubahan vegetasi dengan adanya alat-alat berat untuk eksploitasi hutan

10.

Pembuatan Persemaian

Fisik kimia dan biologi Sosial Ekonomi Budaya

Perubahan penutupan vegetasi, perubahan penutupan lahan dan hama dan penyakit tanaman

11.

Penanaman

Fisik kimia dan biologi Sosial Ekonomi Budaya

Perubahan penutupan vegetasi, perubahan penutupan lahan dan hama dan penyakit tanaman

12.

Pemeliharan

Fisik kimia dan biologi, Sosial Ekonomi Budaya

Perubahan penutupan vegetasi, perubahan penutupan lahan dan hama dan penyakit tanaman

13.

Pemanenan

Fisik kimia dan biologi, Sosial Ekonomi Budaya

Perubahan penutupan vegetasi, perubahan penutupan lahan dan hama dan penyakit tanaman


 

    Identifikasi dampak ini berdasarkan telaah pustaka, sedangkan identifikasi dampak selengkapnya dengan mengikut sertakan diskusi masyarakat, interaksi kelompok diskusi dengan para pakar dan instasi yang bertanggung jawab, akan dilaksanakan pada saat kunjungan kelapangan (Observasi) sehingga diperoleh identifikasi dampak yang lebih menyeluruh.

    Berdasarkan telaah pustaka dan diskusi singkat maka dibuat diagram alir proses pelingkupan sebagai berikut: